Jasa Ukir Online – Jasa Ukiran Khas Jepara

kami menerima jasa pengukiran majapahit kuno, mataram, modern eropa dan ukiran khas jepara lainnya serta jasa design ukiran

Posts Tagged ‘motif ukiran klasik’

Jepara Sebagai Industri Kerajinan Ukir

Posted by amiruljepara on October 26, 2011

Jepara Sebagai Industri Kerajinan Ukir
Industri perabot ukiran kayu merupakan hal yang sangat penting bagi kota Jepara sebagai senjata untuk terus meningkatkan kondisi perekonomian daerah. Agar nama baik industrinya tetap terjaga, dan mengingat jumlah ahli kayu yang sangat terbatas, maka perlu dikembangkan suatu cara deteksi jenis kayu untuk mengurangi dan mengantisipasi kasus penipuan yang dapat mencemarkan nama baik ukiran Jepara. Hal ini dimaksudkan supaya tidak berdampak pada kehidupan ekonomi penduduk Jepara yang mayoritas berprofesi di bidang industri perabot ukiran kayu.
Dalam Tugas Akhir ini menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation untuk pengenalan pola image kayu. Sebelumnya citra latih dan citra uji dicropping, diambil vektor-vektor cirinya menggunakan metode ekstraksi ciri statistik orde pertama dan orde kedua serta filter gabor, kemudian vektor ciri citra latih digunakan sebagai input pada training JST bacpropagation. Hasil training selanjutnya diuji dengan vektor ciri citra uji untuk mendapatkan akurasinya.

Posted in filter gabor, Industri perabot ukiran kayu, kerajian ukir, kerajinan meubel, Kerajinan Patung & Ukiran, kota jepara, nama baik ukiran Jepara, penduduk Jepara, training JST bacpropagation, ukir kayu di jepara, ukir kayu jepara, ukir-ukiran Jepara, ukiran, ukiran jepara | Tagged: , , , , , , , | 2 Comments »

Mengenal Potensi Masyarakat Jepara Sebagai Kota Ukir

Posted by amiruljepara on October 24, 2011

jasa ukir jepara

jasa ukir jepara

Satu citra yang telah begitu melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai “Kota Ukir”. Ukir kayu telah menjadi idiom kota kelahiran Raden Ajeng Kartini ini, dan bahkan belum ada kota lain yang layak disebut sepadan dengan Jepara untuk industri kerajinan meubel ukir. Namun untuk sampia pada kondisi seperti ini, Jepara telah menapak perjalana yang sangat panjang. Sejak jaman kejayaan Negara-negara Hindu di Jawa Tengah, Jepara Telah dikenal sebagai pelabuhan utara pantai Jawa yang juga berfungsi pintu gerbang komunikasi antara kerajaan Jawa denga Cina dan India .

Demikian juga pada saat kerajan Islam pertama di Demak, Jepara telah dijadikan sebagai pelabuhan Utara disamping sebagai pusat perdagangan dan pangkalan armada perang. Dalam masa penyebaran agama Islam oleh para Wali, Jepara juga dijadikan daerah “ pengabdian” Sunan Kalijaga yang mengembangkan berbagai macam seni termasuk seni ukir.

Factor lain yang melatar belakangi perkembangan ukir kayu di Jepara adalah para pendatang dari negeri Cina yang kemudian menetap. Dalam catatan sejarah perkembangan ukir kayu juga tak dapat dilepaskan dari peranan Ratu Kalinyamat . Pada masa pemerintahannya ia memiliki seorang patih yang bernama “Sungging Badarduwung” yang berasal dari Negeri Campa Patih ini ternyata seorang ahli pahat yang dengan sukarela mengajarkan keterampilannya kepada masyarakat disekitarnya Satu bukti yang masih dapat dilihat dari seni ukir masa pemerintahan Ratu Kalinyamat ini adalah adanya ornament ukir batu di Masjid Mantingan.

Disamping itu , peranan Raden Ajeng Kartini dalam pengembangkan seni ukir juga sangat besar. Raden Ajeng Kartini yang melihat kehidupan para pengrajin tak juga beranjak dari kemiskinan, batinnya terusik, sehingga ia bertekat mengangkat derajat para pengrajin. Ia memanggil beberapa pengrajin dari Belakang Gunung (kini salah satu padukuhan Desa mulyoharjo) di bawah pimpinan Singowiryo, untuk bersama-sama membuat ukiran di belakang Kabupaten. Oleh Raden Ajeng Kartini, mereka diminta untuk membuat berbagai macam jenis ukiran, seperti peti jahitan, meja keci, pigura, tempat rokok, tempat perhiasan, dan lain-lain barang souvenir. Barang-barang ini kemudian di jual Raden Ajeng Kartini ke Semarang dan Batavia (sekarang Jakarta ), sehingga akhirnya diketahui bahwa masyarakat Jepara pandai mengukir.
Setelah banyak pesanan yang datang, hasil produksi para pengrajin Jepara bertambah jenis kursi pengantin, alat panahan angin, tempat tidur pengantin dan penyekat ruangan serta berbagai jenis kursi tamu dan kursi makan. Raden Ajeng Kartini juga mulai memperkenalkan seni ukir Jepara keluar negeri. Caranya, Raden Ajeng kartini memberikan souvenir kepada sahabatnya di luar negeri. Akibatnya ukir terus berkembang dan pesanan terus berdatangan. Seluruh penjualan barang, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan ongkos kirim, uangnya diserahkan secara utuh kepada para pengrajin.

Untuk menunjang perkembangan ukir Jepara yang telah dirintis oleh Raden Ajeng Kartini, pada tahun 1929 timbul gagasan dari beberapa orang pribumi untuk mendirikan sekolah kejuruan. Tepat pada tanggal 1 Juli 1929, sekolah pertukangan dengan jurusan meubel dan ukir dibuka dengan nama “Openbare Ambachtsschool” yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik Negeri dan Kemudian menjadi Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri.

Dengan adanya sekolah kejuruan ini, kerajinan meubul dan ukiran semaluas di masyarakat dan makin banyak pula anak–anak yang masuk sekolah ini agar mendapatkan kecakapan di bidang meubel dan meubel dan ukir. Di dalam sekolah ini agar diajarkan berbagai macam desain motif ukir serta ragam hias Indonesia yang pada mulanya belum diketahui oleh masyarakat Jepara . Tokoh-tokoh yang berjasa di dalam pengembangan motif lewat lembaga pendidikan ini adalah Raden Ngabehi Projo Sukemi yang mengembangkan motif majapahit dan Pajajaran serta Raden Ngabehi Wignjopangukir mengembangkan motif Pajajaran dan Bali.
Semakin bertambahnya motif ukir yang dikuasai oleh para pengrajin Jepara , meubel dan ukiran Jepara semakin diminati. Para pedagang pun mulai memanfaatkan kesempatan ini, untuk mendapatkan barang-barang baru guna memenuhi permintaan konsumen, baik yang berada di dalam di luar negeri.Kemampuan masyarakat Jepara di bidang ukir kayu juga diwarnai dengan legenda . Dikisahkan, pada jaman dahulu ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih yang tinggal di suatu kerajaan. Ketenaran seniman ini didengar oleh sang raja yang kemudian memesan gambar permaisuri. Singkat cerita, KiSungging berhasil menyelesaikan pesanan dengan baik. Namun ketika ia akan menambahkan warna hitam pada rambut, terpeciklah tinta hitam dibagian pangkal paha gambar sang permaisuri sehingga nampak seperti tahi lalat. Gambar ini kemudian diserahkan kepada raja yang sangat kagum terhadap hasil karya Ki Sungging.

Namun raja juga curiga karena ia melihat ada tahi lalat dipangkal paha. Raja menduga Ki Sungging talah melihat permaisuri telanjang. Oleh karena itu raja berniat menghukum Ki Sungging dengan membuat patung di udara dengan naik layang-layang. Pada waktu yang telah ditentukan ki Sungging naik layang-layang dengan membawa pelengkapan pahat untuk membuat patung permaisuri.
Namun karena angina bertiup sangat kencang, patung setengah jadi itu akhirnya terbawa angin dan jatuh di pulau Bali. Benda ini akhirnya ditemukan oleh masyarakat Bali, sehingga masyarakat setempat sekarang dikenal sebagai ahli membuat patung. Sedangkan peralatan memahat jatuh di belakang gunung dan konon dari kawasan inilah ukir Jepara mulai berkembang.
Terlepas dari cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang dan bahkan merupakan salah satu bagian dari “nafas kehidupan dan denyut nadi perekonomian “ masyarakat Jepara.
Setelah mengalami perubahan dari kerajinan tangan menjadi industri kerajinan, terutama bila dipandang dari segi sosial ekonomi, ukiran kayu Jepara terus melaju pesat, sehingga Jepara mendapatkan predikat sebagai kota ukir, setelah berhasil menguasai pasar nasional. Namun karena perkembangan dinamika ekonomi, pasar nasional saja belum merupakan jaminan, karena di luar itu pangsa pasar masih terbuka lebar. Oleh karena itu diperlukan kiat khusus untuk dapat menerobos pasar internasional.

Untuk melakukan ekspansi pasar ini buka saja dilakukan melalui pameran-pameran, tetapi juga dilakukan penataan-penataan di daerah. Langkah-langkah ini ditempuh dengan upaya meningkatkan kualitas muebel ukir Jepara, menejemen produksi dan menejemen pemasaran. Di samping itu dikembangkan “Semangat Jepara Incoporated “, bersatunya pengusaha Jepara dalam memasuki pasar ekspor, yang menuntut persiapan matang karena persaingan-persaingan yang begitu ketat .

Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia misalnya, dilakukan melalui pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan non formal melalui kursus-kursus dan latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas sumber daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk, tatapi juga memacu kemampuan para pengrajin dan pengusaha Jepara dalam pembaca peluang pasar dengan segala tentutannya.

Peningkatan kualitas produk dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan luar negri terhadap produk industri Jepara. Karena itu pengendalian mutu dengan mengacu pada sistim standard internasional merupakan hal yang tidak dapat di tawar-tawar lagi. Usaha ini dilakukan melalui pembinaan terhadap produsen agar mempertahankan mutu produknya dalam rangka menjamin mutu pelayanan sebagai mana dipersaratkan ISO 9000.

Di samping itu, perluasan dan intensifikasi pasar terus dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor serta peluasan pasar internasional dengan penganeragaman produk yang mempunyai potensi, serta peningkatan market intelligence untuk memperoleh transportasi pasar luar negeri. Dengan demikian para pengusaha dapat dengan tepat dan cepat mengantisipasi peluang serta tantangan yang ada dipasar internasional. Sementara itu jaringan informasi terus dilakukan melalu pengevektivan fungsi dan kegiatan Buyer Reception Desk yang ada di Jepara. Langkah-langkah konseptual yang dilakukan secara terus menerus ini telah berbuah keberhasilan yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat Jepara, berupa peningkatan kesejateraannya. Dari data yang ada dapat dijadikan cermin keberhasilan sektor meubel ukir dalam lima tahun terakhir.

Data diatas belum termasuk potensi kayu olahan , souvenir dan peti mati yang dalam tiga tahun terakhir telah berhasil dilealisir ekspornya. Untuk dapat melihat lebih jauh potensi ukir kayu ini juga dapat dilihat berbagai macam penghargaan, yang bersekala regional, nasional dan internasional, baik bagi para pengusaha, pengrajin maupun bagi pimpinan daerah.

Sumber :JeparaKab.go.id

Posted in industri kerajinan meubel ukir, Industri Mebel Ukir Jepara, Industri perabot ukiran kayu, industri seni di Jepara, industri ukir, jepara, kartini, kota jepara, kota ukir, masjid, masjid mantingan, motif bali, motif cirebon, motif jepara, motif madura, motif majapahit, motif pejajaran, motif pekalongan, motif seni ukir, motif ukiran jepara, motif-motif, para pengukir Jepara, pengrajin, pengrajin jepara, pengrajin ukir, pengukir Jepara, ra kartini, raden ajeng kartini, ratu kalinyamat, seni ukir, seni ukir di dunia, seni ukir jepara, sunan kalijaga, ukir, ukir jepara, ukir kayu | Tagged: , , , , , , , | 3 Comments »

Wisata ke bumi kartini, Jepara

Posted by amiruljepara on October 24, 2011

Jepara, kota yang dikenal sebagai bumi Kartini ini juga dikenal juga sebagai kota ukir. Dua jam perjalanan darat apabila ditempuh dari ibukota propinsi jawa tengah, semarang. Disana terdapat pantai yang dinamai pantai Kartini, lokasinya hanya 2.5 km dari pusat kota jepara.
Bangunan kura-kura raksasa menjadi dayak tarik sendiri sebagai andalan pemerintah daerah untuk meyedot wisatawan. Selain kerajinan ukir yang dapat dijadikan oleh-oleh, jepara juga penghasil buah duren yang lezat lho.
Bukan cuma pantai kartini saja yang menjadi andalan kota ukir ini, jepara juga masih punya wisata taman laut yang juga menjadi taman nasional. untuk menuju pulau karimun kita bisa langsung menggunakan kapal cepat dari semarang ataupun melalui jepara. Pantai putih yang indah ditambah dengan pesona bawah laut yang bisa dinikmati dengan snorkling menjadi catatan tersendiri bagi wisatawan.
Berikut nih jadwal pelayaran dari dan menuju pulau karimun.
Kapal motor ferry muria
Jadwal :
Rabu dan Sabtu —-> Jepara – karimun jawa
Kamis dan Senen –> karimun jawa – jepara
Harga tiket
VIP ——> Rp50.000,-
Bisnis —> Rp28.000,-
Jarak tempuh kurang lebih 4 – 6 jam
kontak pelabuhan ASDP jepara (0291)591 048
Kapal motor cepat kartini I
Jadwal :
Sabtu —–> Semarang – Karimun jawa
Minggu —> Karimun jawa – Semarang
untuk minggu ketiga setiap hari senin dan selasa—> semarang – karimun jawa
Harga berkisar antara Rp 110.000- sampai Rp 150.000,- tergantung kelas yang anda mau.
jarak tempuh 2 sampai 4 jam.
Pesawat adalah pilihan lain, Kura Kura Aviation adalah satu satunya maskapai penerbangan ke karimunjawa, terbang setiap hari senin rabu jumat dan sabtu dari Semarang.

Posted in bumi kartini, jepara, jepara juga penghasil buah duren, Kapal motor ferry muria, karimunjawa, kota jepara, kota ukir, Kura Kura Aviation, pariwisata jepara, pulau karimun | Tagged: , , , , , , , | 3 Comments »

Jepara: Industri seni kerajinan ukir

Posted by amiruljepara on October 21, 2011

Pada dekade pertama abad ke 20, Kartini makin meningkatkan kepeduliannya kepada seni budaya tradisi. Hal itu sekaligus menyangkal interpretasi sumbang orang Eropa Barat atas sikap Kartini terhadap budaya warisan leluhurnya, karena ia menyatakan dengan tegas bahwa yang “lama itu juga pernah baru”. Ia menyadari bahwa kehidupan yang tengah dijalani berada dalam situasi transisi, yaitu suatu masa peralihan dari zaman lama ke zaman baru. Pernyataannya itu mencerminkan keteguhan hati terhadap warisan seni dan budaya masal lampau yang luhur dan adiluhung, meskipun ia juga memberi peluang hadirnya produk seni baru yang kreatif dan inovatif sesuai perkembangan. Salah satu tujuan utama perjuangan Kartini ialah meningkatkan kesejahteraan hidup perajin mebel ukir Jepara yang ketika itu masih sangat memprihatinkan.

Produk mebel yang dihasilkan antara lain berupa kursi dan bangku teras berukuran panjang, kursi pendek dan panjang yang dikombinasikan dengan rotan yang menyerupai kursi buatan bengkel seni Moris and Co, yang dibuat pada tahun 1893. Hal itu dapat dilihat pada alas duduk dan andaran kursi. Mereka juga membuat meja tamu berukuran besar berbentuk bulat dengan kaki-kaki yang bervariasi dan dengan daun meja dari marmer. Produk lainnya berupa kursi belajar, kursi dan meja makan, rak bunga, meja rias, alat mainan dhakon, kursi istimewa untuk samadi mesu brata, dan peti untuk menyimpan perhiasan. Peti yang dipesan oleh “Oost en West” menggunakan hiasan wayang yang sebelumnya dianggap tabu oleh perajin. Kreativitas itu terus menerus berkembang sehingga kelak lahir ukiran berupa relief yang mengambil tema pewayangan dari kisah Mahabarata dan Ramayana dalam bentuk relief sedang atau tinggi. Tema-tema yang diangkat antara lain Karna Tanding, Penjual Sate, karapan Sapi, Gerilya, dan sebagainya. Dengan demikian perjuangan Kartini telah meletakkan dasar-dasar kebangkitan kembali industri seni di Jepara, yang pada akhirnya kegiatan industri ini mencapai puncak perkembangannya pada akhir abad ke-20.

Karya mebel buatan tahun 1910-1918 yang dipamerkan pada tahun 1926, dihiasi dengan ornament berupa motif makara, ular naga dan stilisasi tumbuh-tumbuhan, sebagian daripadanya dibuat dengan konstruksi mirip rakitan kereta kencana zaman Majapahit. Karya yang dipamerkan di Bandung tampaknya lebih bervariasi antara lain bruidsbed (krobongan), yaitu tempat tidur dari kayu untuk raja atau bangsawan, draagstoel (jempana) dengan ornament bentuk garuda dan naga, slintru bangsal kencana Sultan Yogyakarta, kaca rias, mimbar masjid keraton Demak, kursi kiai Kudus milik Gusti KR Timur Putera PB III, meja sirih yang dibuat oleh Wignjoprawiro pada tahun 1918 milik KP Hadiwidjojo, kelir wayang Kanjeng Kiai Kadung milik KP Hadiwidjojo buatan tahun 1910, penggantung pakaian, gayor gong, kotak sigaret, pigura foto, meja kecil milik KPH Hadiwidjojo. Karya-karya yang dibuat perajin mebel ukir Jepara umumnya menggunakan bahan dari kayu jati dan mahoni.

Pada tahun 1921, jenis produk seperti tersebut tidak hanya berkembang subur di Jepara, tetapi juga berkembang di Bali dan Madura. Di luar Jawa, tradisi membuat barang berukir juga lama berkembang, seperti di daerah Toba, Batak, Simalungun, Minangkabau, Toraja, Dayak, dan Asmat. Pada tahun itu diselenggarakan beberapa kali pameran, antara lain di Bandung pada tanggal 18-26 Juni 1921, dan Batavia, Moojen menyatakan, bahwa Een van de belangrijkste en toch nog weinig bekende vormen van jaavansche kunstnijverheid is het houtsnijwerk. Karya yang dipamerkan antara lain mimnbar kuno dari Masjid Demak, gebyok rumah kepala kampung sepanjang Madura, sedangkan karya dari pantai utara Jawa antara lain kotak, toilet, rak batik, congklak, pintu angin berukir tembus, peta arsip, standar lampu tunggal dan ganda berbentuk garuda-naga.

Pada tahun 1927, ketika diadakan pameran dalam rangka Bekrongen van de Inzendingen enz, voorde 1st Djokjasche Jaarmarkt- Tenoonstelling, Jepara diwakili oleh karya seni kerajinan kayu milik GA Tio. Karya yang dipamerkan berupa mebel ukir, standar gong dengan ornamen yang sangat rumit dan unik diukir dengan teknik krawangan tebus pandang. Pada bagian atas standar gong itu dihiasi motif burung merak dengan sayap dan ekornya sedang mengembang. Sisi samping kanan dan kiri dihiasi gambar berbentuk naga dengan posisi ekor menjulur ke atas yang mengampit pilar penyangga dan dikombinasikan dengan bentuk sulur-sulur. Beberapa kotak tempat perhiasan dan panel hiasan dinding turut dipamerkan. Diberitakan bahwa vertegenwoordigd door het bekende doorzenwerk van djati en sana hout. Di dalam paeran itu juga dipajang bothkan tempat jamu Jawa yang bersusun lima milik Kartini, bothekan Blora, bothekan madura, dan standar pusaka yang ditempel di dinding.

Pada tahun 1928, barang kerajinan mebel ukir sudah ada yang dihiasi dengan muzaik dari kayu yang beranek macam. Ny. De Graaf menyatakan: Het houtmozaik is een voor ons jonge kunst, die ongeveer 25 jaar geleden, op aanwijzing van Baron van Heerd, plaatselijk Militair Commandant van Solo en onder leiding van wijlen RT Wreksodinignrat, te Solo ingevoerd. Kayu yang digunakan untuk muzaik itu antara lain: Kayu sana (pterocarpus Indica), kayu mentahos (wrightia Javanica), kayu nangka (artocarpus integra), kayu sawo (aekras Zapota) dan kayu secang (Caesalpinia Sappen).

Pada dasawarsa keempat akhir abad ini, produksi mebel ukir Jepara dipasarkan oleh pedagang lokal kepaa masyarakat di kota-kota besar di Indonesia dalam bentuk setengah jadi. Kota besar itu antara lain, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar, Medan, dan Makasar. Bernard menyatakan bahwa produk mebel ukir yang dipasarkan sekitar tahun 1933 sudah sangat bervariasi.

Pada dekade ke 7 dan ke 8 abad XX, industri mebel ukir Jepara mengalami perkembangan pesat di antaranya karena didukung oleh PT Agung yang membuka usaha di Desa Tahunan dan berpengaruh besar bagi masyarakat perajin di sekitarnya. Di dalam praktek, perusahaan itu turut membangun budaya bangsa melalui pendayagunaan sen-seni tradisi untuk mengisi pembangunan nasional. Ketika itu motif hias yang diterapkan pada berbagai produk didominasi oleh gaya seni ukir Jawa. Usaha tersebut berhasil mengangkat perajin di sisi lain. Perusahaan PT Agung juga berhasil memicu keterampilan perajin karena untuk dapat bekerja di perusahaan itu harus melaui seleksi keterampilan yang sangat ketat.

Pada tahun 1970an, ibu negera tien suharto sudah menunjukkan peranannya yang sangat besar dalam memacu perkembangan industri mebel ukir Jepara. Upaya yang menonjol adalah memasukkan mebel ukir Jepara ke dalam interior Istana Negara dengan menyediakan ruang khusus yang disebut ruang Jepara. Dua pilar utama gaya Ionia yang dibungkus dengan ukiran Jepara berada di belakang Sang Saka Merah Putih sebagai penghubung menuju ruang utama. Interior Istana negara, termasuk Museum Puri Bakti Renatama yang peresmiannya dilaksanakan tanggal 28 Agustus 1971 bertepatan dengan kunjuungan Ratu Yuliana dari Kerajaan Belanda juga dilengkapi dengan produk industri mebel ukir Jepara. Gapura berukir Museum Puri Bakti Renatama itu dibuat oleh Gustami. Sudah tentu, semua perabot mebel ukir yang dipilih untuk mengisi ruang Istana Negara itu adalah produk unggulan dari Jepara, yaitu karya seni terpilih yang tanpa cacat. Perabot tersebut antara lain, meja sidang, meja dan kursi tamu, meja samping, meja sudut, slintru, tiang bendeara dhuaja, hiasan dinding, penutup pilar, dan lain sebagainya. Terpajangnya produk mebel ukir Jepara di Istana Negara, langsung atau tidak langsung merupakan media promosi yang sangat efektif dan efisien, sehingga berhasil mempopulerkan industri mebel ukir Jepara sampai ke luar negeri. Sesuai dengan fungsi dan bentuknya, mebel ukir karya perajin Jepara dimanfaatkan untuk memberikan kenikmatan, kenyamanan, keindahan tata ruang yang mendukung kelancaran kegiatan kenegaraan.

Pada tahun 1966, Presiden Soeharto membangun Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Di atas lubang sumur mati dibangun sebuah cungkup. Pembangunan itu melibatkan para desainer dan perajin intelektual yang berasal dari Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta (STSRI “ASRI”) yang dipandegani oleh seniman senior, Saptoto, sekolah yang kini telah menjadi Fakultas Seni Rupa (FSR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Tenaga terampil yang mewujudkan ukiran cungkup itu umumnya berasal dari Jepara.

Selain itu, pembangunanTaman Mini Indonesia Indah (TMII) yang diprakarsai oleh Ibu Negara Tien Soeharto berdampak sangat luas terhadap pengembangan seni budaya bangsa. Keberhasilan pembangunan TMII tidak hanya pada tampilan fisiknya saja tetapi juga pengaruhnya dalam memicu pertumbuhan industri seni kerajinan di Indonesia. Sebagai Ibu Negara, Tien Soeharto, adalah figur yang gigih mempertahankan dan mengembangkan eksistensi seni tradiional Indonesia. Seni tradisional yang memiliki ciri khas daerah itu ditampilkan melalui anjungan masing-masing daerah di TMII sehingga eksistenisnya menjadi salah satu objek wisata yang menarik. Pada umumnya para pengunjung merasa kagum atas keindahan seni tiap-tiap daerah dengan ciri khas masing-masing, baik yang menyangkut seni bangunan, seni hias, busana, maupun berbagai macam perabot. Produk mebel ukir Jepara yang dipajang di Anjungan Jawa Tengah TMII antara lain meja, kursi, panel, slintru, barang sovenir, dan lain-lain Keunikan produk itu berkenaan dengan bahan kayu yang berkualitas unggulan dan teknik pembuatan yang berkualitas tinggi.

Berbagai prestasi berkenaan dengan perkembangan mebel ukir Jepara dipastikan berhubungan erat dengan keterpaduan langkah dan persepsi dari individu, kelompok, lembaga dan instansi. Salah satu di antaranya adlah kontribusi dan peranan Ibu Tien Soeharto dalam memicu, mendorong, membuka dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan bidang industri mebel ukir. Peranan Ibu Negara Tien yang sangat besar itu kini masih terpateri dalam sanubari perajin Jepara. Ketika itu peran Tien Soeharto tidak hanya diakui oleh pejabat daerah Jepara tetapi juga oleh para pengusaha dan pengerajin. Tien Soeharto yang menaruh perhatian besar paa perkembangan seni-seni budaya tradisi itu layak disebut sebagai tokoh pemerhati, inspirator, inovator, dan penggerak. Usaha yang telah menunjukkan keberhasilan itu tetap dilanjutkan oleh pemerintah, terbukti pada tanggal 17 Februari 1997 ketika Presiden Soeharto memberikan kenang-kenangan kepada tamu Negara Raja Norodhom Shianouck dari Kamboja menggunakan ukir-ukiran dari Jepara. Peristiwa kenegaraan itu disiarkan langsung melalui Dunia Dalam Berita pada jam 21.00 WIB.

Pada akhir abad ke 20, industri seni kerajinan mebel ukir Jepara menarik perhatian pengusaha dari Eropa Barat, Asia dan Amerika untuk menanmkan modal di sektor industri itu. Mereka memiliki modal kuat dan daerah pemasaran yang luas. Umumnya mereka memahami selera konsumen sehingga dengan mudah dapat mengusahakan, memproduksi, dan memasarkan produknya ke negara pengguna. Kehadiran pengusaha itu juga telah menimbulkan permasalahan yang cukup pelik di kalangan pengusaha pribumi, karena dianggap merugikan pengusaha setempat sehingga sempat diadukan ke Posko 24 Jam di Semarang. Untuk mengatasi kesulitan itu, terdapat beberapa pengusaha asing yang mencari jalan keluar dengan cara meminjam nama penduduk setempat atau dengan cara kawin dengan penduduk pribumi. Dengan demikian mereka dapat membuka usaha industri mebel ukir atas nama orang yang dipinjam namanya atau atas nama istri kontraknya itu. Sudah abarang tentu cara yang ditempuh itu harus dibayar dengan biaya mahal.

Para pengusaha asing umumnya sangat percaya kepada kemampuan dan keterampilan perajin Jepara. Desain-desain itu umumnya disediakan sendiri oleh pengusaha asing karean mereka mengetahui secara tepat selera konsumen di daerah asalnya. Dengan demikian para pengusaha asing justru menguasai sebagian besar daerah pemasaran, sedangkan para perajin tetap pada kedudukannya sebagai pelaksana atau sebagai sub kontraktor. Relokasi usaha asing di Indonesia itu, jelas merupakan tantangan tersendiri yang perlu diantisipasi oelh pengusaha pribumi agar mereka dapat bersaing. Untuk menghadapi fenomena baru tersebut sudah barang tentu perlu strategi, antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengadakan penelitian pasar dan mempertajam ahli teknologi sehingga pengusaha dan perajin lokal mampu berkompetisi. Dewasa ini, dampak relokasi usaha asing di Jepara sudah terasa pad tingkat lokal dan nasional dengan terdegradasinya citra seni tradisi bangsa oleh tradisi seni budaya asing. Meskipun demikian, untuk sementara kehadiran pengusaha asing itu telah memacu perkembangan baru di sektor ekonomi masyarakat karena industri ini laku keras di pasar global.

Tampaknya di Jepara juga terdapat perajin yang memiliki idealisme tinggi dengan menciptkan produk kreasi baru baik yang berupa benda hias maupun perabot mebel ukir. Suhud pemilik Sanggar seni Ukir Sungging Adi Luwih cukup kreatif mengembangkan kepiting, buah anggur, kerang dan bentuk binatang lain sebagai dasar penciptaan mebel ukir. Usahanya itu mendapatkan sambutan positif dari konsumen sehingga karya yang dihasilkan dapat menjangkau pasar luar negeri, terutama ke Cina. Keunikan produksinya memantapkan kepribadian yang percaya diri sehingga dia merasa sebagai kriyawan utuh, yaitu tidak sekedar menjadi perajin pelaksana tetapi sebagai kreator dan pencipta mebel ukir kreasi baru. Dengan bangga ia menyatakan diri sebagai kriyawan yang kreatif. Ya dia memang kreatif dan tahu peluang pasar.

Kegiatan industry seni dan kerajinan mebel ukir telah berkembang menjadi arena persaingan antara pengusaha local dan asing, sekaligus merupakan wahan uji coba untuk menghadapi pasar terbuka. Berbagai tantangan yang mucul harus ditangkap oleh para pengusaha local sebagai peluang demi meningkatnya industry seni kerajinan mebel ukir itu. Peningkatan mutu bahan, proses, produksi, pemasaran, kemasan, distribusi dan layanan lainnya perlu diupayakan secara terprogram, terpadu dan kontinyu. Pada gilirannya akan membuktikan bahwa industry seni kerajinan mebel ukir Jepara tergolong seni-seni tradisional itu dapat bersaing dengan produk industry sejenis di forum internasional. Dengan demikian perajin dan produk industri seni kerajinan Jepara merupakan potensi yang telah teruji dalam persaingan global melaui penciptaan kreasi baru berbareng dengan relokasi industry seni kerajinan mebel ukir Eropa Barat.

Pada tahun-tahun terakhir abad ke 20, tingkat kebutuhan bahan kayu sudah sangat tinggi yaitu lebih dari 350 ton per bulan, dan lebih dari 450 kontainer mengangkut produksi industry seni kerajinan mebel ukir, rotan dan barang ekspor keluar kota Jepara. Barang tersebut diekspor melalui agen-agen penjualan atau broker asing yang berfungsi sebagai agen, distributor dan eksportir. Tidak kurang dari 43 pengusaha asing terjun dalam dunia ekspor impor di bidang industri ini. Daerah pemasarannya tersebar di lima benua yang mencakup sebanyak 29 negara.

Jumlah perusahaan yang tertera pada statistik daerah menunjukkan perkembangan yang mengesankan. Pada tahun 1991 baru terdapat 1.973 unit usaha, sedangkan tahun 1995 sudah mencapai 2.216 unit. Kenaikan ini diikuti naiknya investasi, jika pada tahun 1991 nilai investasi sebesar Rp. 1.311.980.000, maka pada tahun 1995 menjadi Rp. 2.578.000.000. Nilai produktivitas tahun 1995 mencapai Rp 275.168.200.000 lebih dengan kebutuhan bahan baku kayu mencapai 186.500 m3 lebih. Nilai bahan baku dalam bentuk rupiah tidak kurang dari Rp. 138.969.750.000.

Dalam rangka memperluas jaringan pasar produk industri seni kerajinan mebel ukir Jepara, juga dilaksanakan berbagai kegiatan paeran di dalam dan luar negeri. TIngginya frekuensi paeran dapat dilihat dari berbagai katalogus yang terbit, seperti katalogus International Annual Fair of Flanders, bulan Agustus 1995 di Gent, Belgia, Paeran Asean Trade Fair tanggal 21-25 September 1995 di Osaka Jepang, pameran Seoul International Fair tanggal 26 September sampai 2 Oktober 1995 dan paeran International Furniture Fair pada bulan September tahun 1995 di Valensia, Spanyol. Tokyo Fair tanggal 22-25 November 1995 di Harumutu Bldg, Jepang; dan pameran International Autum Trade Fair di Dubai, U.A.E. Paeran-paeran didalam negeri antara lain Pameran Produk Indonesia tanggal 12-27 Agustus 1995 dan Furniture 95 tanggal 8-17 Desember 1995 di JITC Kemayoran Jakarta; Jakarta International Furniture tanggal 18-26 November 1995 di Hilton Convention Center Jakarta.

Pada tahun 1996, paeran yang diselenggarakan di dalam negeri antara lain, Central Java Furniture 96’ Pekan Mebel dan Kerajinan Indonesia’ Pameran Produk Ekspor ke 11 dan Islamic Trade Fair. Adapun pameran di luar negeri untuk tahun 1996 antara lain; ke Seoul, Korea bulan Maret; ke Jepang bulan September, ke Copenhagen Denmark bulan Oktober. Kunjungan itu menjadi sangat berarti karena diikuti oleh para pengusaha untuk menjalin jaringan pemasaran.

Selain paeran juga diadakan kontak dagang dengan berbagai pengusaha asing, antara lain Etsel Trade Ltd, Claseley House, Shore Road Skelworlei, Ayrshire, Scodland, PA. 17 SER untuk komoditas Rattan Furniture dan Woodfurniture; Scandecor, 3The Ermine Center, Hurricane Close, Huttingdon, Cams PE 18 6XX untuk komoditas furniture ; dengan Not Cutts (Jane Hunt), Woodhridge, Sulfaolk. IP 124AF. London untuk komoditas Garden Furniture; dengan Anglocentrop Ltd, Northway House, 1379 High Road, London untuk komoditas Garden Furniture and Garden Umbrella; dengan Mayfair ST James Ltd, Walson, Pool, Redruth, Cornwall untuk komoditas Mahogany Furniture; dengan Druimuan House, Killecranlie, by pitloshary Perthsire PH 16 SLG untuk komodiats Reproduction Furnture dan dengan Thisle Binby, Spectator Street, Manchester M$&HS untuk komoditas Wooden and Rattan Furniture. Perluasan jaringan dan kontak dagang internasional tersebut sudah tentu memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang luas, sehingga perajin pengusaha dituntut memiliki latar belakang pendidikan yang memadai sesuai kemajuan zaman.

Oleh: SP Gustami

Posted in alat mainan dhakon, ameran Produk Indonesia, asmat, bangku teras, bothekan Blora, bothekan madura, Gapura berukir Museum Puri Bakti Renatama, Garden Furniture, Garden Umbrella, gebyok rumah kepala kampung sepanjang Madura, Industri Mebel Ukir Jepara, Industri perabot ukiran kayu, industri seni di Jepara, industri ukir, International Annual Fair of Flanders, International Furniture Fair, kaca rias, kartini, kayu, kayu jati, kayu mahony, kelir wayang Kanjeng Kiai Kadung milik KP Hadiwidjojo, kursi, kursi belajar, kursi buatan bengkel seni Moris, kursi kiai Kudus milik Gusti KR Timur Putera PB III, kursi pendek, kursi tamu, meja rias, mempopulerkan industri mebel ukir, mimbar masjid keraton Demak, mimnbar kuno dari Masjid Demak, ornament bentuk garuda, ornament berupa motif makara, ornament naga, pengrajin, pengrajin jepara, pengrajin ukir, penutup pilar, pintu angin berukir tembus, produk jepara, produk mebel, produk seni, produk ukir, produksi mebel ukir Jepara, rak bunga, sanubari perajin Jepara, sikap Kartini, slintru bangsal kencana Sultan Yogyakarta, stilisasi tumbuh-tumbuhan, ular naga, zaman Majapahit | Tagged: , , , , , , , | 1 Comment »

Jepara produsen furniture skala besar

Posted by amiruljepara on October 20, 2011

jepara produsen mebel ukir

jepara produsen mebel ukir

Apakah yang ada di pikiran anda ketika mendengar kata Jepara? Banyak orang akan menjawab “ukir” ya jepara memang dijuluki dengan kota ukir. Sebenarnya lebih tepatnya adalah jepara wilayah yang memproduksi furniture dalam jumlah yang sangat besar dan wilayahnya hampir menyeluruh dalam 1 kabupaten jepara itu sendiri. Furniture yang di buat oleh masyarakat jepar bukan hanya berupa ukir, tetapi juga furniture yang trend saat ini, diantaranya modern style, antik, outdoor furniture yg simple tapi dg kualitas tinggi. Diantara produsen yang ada dijepara, salah satu yang terbesar adalah PT. President Furniture anda bisamelihat produk2 mereka di http://www.presidentfurniture.com Perusahaan ini adalah perusahaan skala export, negara tujuan exportnya adalah eropa, amerika, timur tengah dan amerika latin. Pemilik perusahaab ini adalah Bpk. Ponco Suhirno, S.kom. Beliau lulusan sekolah komputer terkemuka di kota semarang. Strategi pemasaran yang dilakukannya adalah dengan pemasaran online. Bisa dikatakan hampir 100% beliau mendapatkan order dari internet. Yaitu dengan memanfaatkan SEO search engine optimization. Suatu upaya yg dilakukan supaya webnya bisa masuk dalam halaman pertama di google.com dg target kata kunci yang diinginkan. @great

Ponco Suhirno

Posted in furniture, furniture dalam jumlah yang sangat besar, furniture set, furniture set indonesia, jepara, jepara produsen mebel ukir, kota jepara, kota ukir, ukir | Tagged: , , , , , , , | Leave a Comment »